Senin, 08 November 2010

CERITA RAKYAT BUGIS
Putri Raja Bima dan Panglima Bone

Raja Bima , Sultan Malikuk Said mempunyai seorang putri yang bernama Fatimah , seorang putri yang terkenal sakti oleh rakyatnya bahkan hingga daerah lainnya dan diberi gelar oleh orang Makassar dengan sebutan Karaeng Basse’ Bumbung kebo’. Ketika itu, Sultan Malikul Said bertanya kepada Fatimah, wahai anakku Fatimah , tidak terlintas kah di benakmu untuk memiliki seorang pendamping.

Fatimah pun menjawab, ada apa gerangan sehingga Ayah berkata demikian? Sultan Malikul Said pun menjawab, Karena dari sekian banyak pria yang datang melamar mu tidak seorang pun, yang kamu terima. Fatimah pun menjawab, Aku tidak akan menikah, selama Aku belum mendapatkan seorang Pria, yang mempunyai ilmu setara atau melebihi ilmu yang Aku punya walaupun dia, menyerupai hewan.

Mendengar perkataan putrinya, Sultan Malikul Said pun, bertanya kepada Fatimah, wahai Anak ku jika pria itu ada darimana asalnya. Fatimah pun, menjawab, kelak dia akan datang dari arah Ko’banga ( kerajaan Gowa) dengan menggunakan perahu. Sultan Malikul Said pun menjawab, Jika itu yang kamu inginkan Aku tidak dapat berbuat apa-apa.

Hari-hari pun berlalu namun pria itu belum datang juga, akhirnya Sultan Malikul Said datang kepada anaknya, wahai anak ku sampai kapan kah kamu akan menunggunya? Fatimah pun menjawab, samapai dia datang, tidak peduli berapa lama Aku akan menunggu. Secara diam-diam Sultan Malikul Said, menyebarkan kabar mengenai putrinya yang menginginkan seorang pria yang mempunyai ilmu yang setara dengannya atau bahkan yang melebihi ilmunya.

Pada akhirnya kabar mgenai pria yang diinginkan Fatimah samapi ke Ko’banga, dan akhirnya di dedengar oleh panglima kerajaan Bone, yang bernama, Abdullah yang terkenal akan ke saktiannya. Akhirnya Abdullah pun, pergi menuju Kerajaan Bima, dan sebelum dia pergi, dia berpesan kepada semuah orang yang ada di Mare’ , Aku tidak akan kembali sebelum Aku membawanya pulang, Abdullah pun pergi menuju Bima.

Dan akhirnya Abudllah pun tiba di Sumba, tanpa di beri tahu, Fatimah sudah menyadari akan kehadiran orang yang dicarinya itu, tanpa sepatah kata kepada Sultan, Fatimah lansung menuju Sumba tempat dimana, Abdullah datang. Akhirnya Fatimah pun tiba di Sumba, dan menuju kapal yang di tumpangi Abdullah, saat Fatima tiba disana Abdullah pun berkata jika Aku orang yang kamu nanti naiklah keatas perahu ku dan Aku akan membawa mu pergi. Fatimah pun naik keatas perahu Abdullah, dan akhirnya mereka pun berlayar menuju Bone.

Saat setelah kepergian Fatimah, Sultan mengutus Adik Fatimah yang bernama, I Ratu pergi menyusul Fatimah ke Bone untuk menyampaikan jikalau Sultan Malikul Said, merestui hubungan mereka. Dan saat itu, Fatimah dan I Ratu tinggal dan menetap di Bone bersama Abdullah, tepatnya di Mare’ karalla dan pindah ke Leang-leang , Maros dan disana Abdullah diangkat sebagai pemimpin atau raja gallarrang Leang-leang.

Jumat, 05 November 2010

I Kukang

   Setelah peninggalan kedua orang tuanya, I Kukang, yang masih berumur 15 tahun, harus hidup seorang diri, dan untuk melanjutkan hidupnya, I Kukang , bekerja sehari-hari sebagai pemungut kotoran Sapi dan Kerbau, yang di jual kepada orang yang mempunyai sawah ataupun kebun untuk dijadikan pupuk. Hari demi hari di lewati sebagai pemungut kotoran hewan, I Kukang, terkenal sebagai seorang anak yang rajin serta jujur dan mudah bergaul, membuat semuah orang simpati kepadanya dan banyak Karaeng yang mau memintanya untuk tinggal bersamanya akan tetapi, I Kukang tidak mau dan memilih tetap tinggal di rumah peninggalan orang tuanya.

  Perna suatu saat I Kukang, di Tanya oleh Karaeng, oh..Kukang, kenapa kamu tidak mau tinggal bersama kami dan memilih untuk tinggal seorang diri di gubuk mu. I kukang pun menjawab, oh..Karaeng, Aku tinggal di rumah ku tidak seorang diri akan tetapi Aku tinggal bersama orang tua ku. Karaeng pun menjawab, oh..Kukang, kenapa kamu berkata demikian, sedangkan kamu tahu ke-dua orang tua mu suda meninggal? I Kukang pun menjawab, oh..Karaeng, memang benar orang tua ku suda meninggal akan tetapi bagi Saya, mereka masi hidup, mereka hidup di dalam hati ku dan di gubuk ini sebagai peninggalan mereka. Mendengar perkataan I Kukang, Karaeng itu pun berkata kamu telah membuat ke-dua orang tua mu bangga memiliki anak seperti kamu.

  Dan pada akhirnya I Kukang pun tumbu dewasa,dan masi tetap menjual kotoran hewan, dan pada suatu saat I Kukang, bertemu dengan seorang pedagang Cina, karena melihat I Kukang rajin dan jujur , I Kukang pun di beri modal untuk membuat usaha, tanpa menyia-nyiakan kesempatan, I Kukang pun mengambil modal itu dan menjadi seorang pedagang sarung akan tetapi dia masi tetap mencari kotoran hewan. Hari demi hari usaha I Kukang berkembang sedikit demi sedikit yang pertama hanya menjual sarung buatan orang lain, kini dia telah punya tempat pembuatan sarung. Usahanya pun berkembang terus-menerus dan akhirnya, I Kukang menjadi orang kaya dengan jumlah perahu untuk di gunakan ber dagang mencapai puluhan.

  Pada suatu malam I Kukang, sedang duduk di teras rumah nya sambil menatap rembulan, I Kukang berkata; kini Aku telah menjadi orang kaya apa pun yang Aku inginkan semua bisa kudapatkan akan tetapi kenapa Aku tidak merasa bahagia berbeda degan ketika Aku masi hidup dalam keterbatasan. Ke esokan harinya. I Kukang pun bertanya kepada salah seorang pekerjanya mengenai perasaan yang sedang di rasakannya, pekerja yang ditanyainya itu pun berkata, mungkin anda suda memiliki semuanya akan tetapi ada satu hal yang Anda tidak punya, I Kukang pun bertanya apakah itu? Bukankah harta adalah segala-galanya, pekerja itu pun menjawab, bukan-bukan itu segala-galanya akan tetapi keluarga, yang Anda butuhkan, keluarga tempat dimana kita saling berbagi baik suka maupun duka. I Kukang pun terdiam dan merenung sejenak dan berkata; mungkin selama ini, Aku terlalu sibuk berdagang memikirkan kekayaan dan lupa untuk memikirkan seorang wanita yang dapat kutemani berbagi baik suka maupun duka, dan Aku juga telah lupa akan kedua orang tua ku yang selama ini Aku anggap ada kini telah hilang.

  Kesokan harinya I Kukang pun mencari seorang wanita yang akan dijadikan Istri, pekerja itu kembali menasehati I Kukang, jika kamu mencari calon istri jangan cari yang mempunyai segala-galanya akan tetapi carila calon istri yang merasa dia punya segala-galanya dengan kata lain dia adalah orang yang pandai bersyukur. I Kukang pun bertanya; dimanakah Aku akan menemukan wanita itu? Pekerja itu berkata; Carila wanita yang soleha. I Kukang pun mengingat kembali teman sebayanya yang taat beragama dia pun, mengingat jikalau dia mempunyai seorang teman perempuan yang mempunyai nasib yang sama dengannya dan taat beragama. I Kukang pun pergi melamar perempuan itu dan akhirnya I Kukang pun menikah dengan perempuan itu, dan memiliki dua orang anak, dan saat itulah I Kukang, baru merasakan kebahagiaan yang sebenarnya.

Selasa, 02 November 2010

Asal mula di namakan Desa.Ko'mara'

Pada zaman dahulu kalah, sebuah kapal yang berisikan para pembawa agama Islam dari arah barat berkunjung ke sebuah daerah yang ingin di tempati sebagai tempat untuk menyebarkan agama Islam, yang konon pada waktu itu, mereka sedang mencari tempat yang dangkal untuk di sebagai tempat berlabuh.
Ketika mereka sedang mencari tempat dangkal, mereka melihat kumpulan burung bangao yang sedang beterbangan , sebagai pertanda bahwa di sana ada terdapat air yang dangkal. Mereka pun, mengarahkan perahu mereka menuju ke tempat burung itu beterbangan, dan akhirnya mereka menemukan tempat yang dangkal dan dimana saat itu pinggir pantai itu sedang kering atau air laut yang surut.
Dan mereka pun turun dari perahu mereka dan berjalan menuju perkampungan dan pada saat itu pula masyarakat di daerah itu menyebut mereka dengan sebutan “ koqmaraq” dalam bahasa Makassar “ Kering” karena mereka datang pada saat air sedang surut. Dan akhirnya sebutan itulah yang menjadi nama daerah itu hingga sekarang. Koqmaraq sendiri adalah, nama desa yang ada di Kec.Polong Bangkeng, Kab. Takalar.

Asal mula di namakan Desa.Laikang

Laikang di ambil dari bahasa Makassar “aq Laiq-laiq” yang berarti “ samar-samar”. Sejarah sehingga di namakannya desa.Laikang, bermula pada saat seorang Ulama yang bernama, Syehk Jalaluddin yang datang dari Persia melewati desa.Laikang dan singgah di desa.Cikoang , dengan menaiki seekor kepiting, yang di lihat tampak samar dari kejauhan, sehingga Masyarakat di daerah itu menyebutnya “ aq laiq-laiq” yang berarti “ samar-samar” . Karena pada waktu itu Syhek Jalaluddin hanya melintasi daerah Laikang.

Asal mula di namakan Desa.Cikoang

Pada zaman dahulu kalah, seorang pria berjubah putih, yang bernama Syehk Jalaluddin pembawa agama Islam di Kec.Mangarabombang, datang dari arah barat dengan menggunakan seekor kepiting, yang ketika pada waktu itu pria itu masuk kedaerah Cikoang dengan melewati sungai kecil dan akhirnya sampai kedesa.Cikoang. Dan pada waktu itu masyarakat yang melihat kedatang pria berjubah putih itu,” aq ciko-ciko I” yang berarti “ masuk lewat jalan setapak” yang di maksud jalan setapak adalah sungai yang dilewati Oleh Syehk Jalaluddin.
Sammang Berguru kepada Syehk Yusuf

    Kisah seorang anak yang bernama Sammang, yang tinggal bersama Ibunya yang bernama Bulang, ketika itu Sammang, mengamuk karena makanan yang di sajikan Ibunya tidak di sukainya karena alakadarnya. Karena marah atas tingkah laku Samang, akhirnya Ibunya pun memukul kepala Samang dengan menggunakan sendok nasi kepala Samang pun mengeluarkan darah akhirnya Samang pun lari meninggalkan Ibunya seorang diri dan tidak perna terdengar kabar beritanya. Akhirnya Sammang pun, tumbuh besar dan menjadi seorang yang kaya raya, ketika itu Samang bertemu seorang Wanita cantik yang sedang mengadu nasib di tempat dimana Sammang tinggal, Sammang pun meminta agar Wanita itu mau tinggal di rumanya, karena tidak mempunyai tempat tinggal akhirnya Wanita itu pun tinggal bersama Sammang yang ketika itu telah merubah namanya menjadi Sarang, hari-hari di lalui bersama akhirnya Sammang dan Wanita itu pun saling jatuh cinta dan akhirnya mereka pun menikah hari demi hari mereka lalui hingga akhirnya Sammang menyuruh Istrinya itu untuk mencarikan kutunya dan tiba-tiba Istrinya terkejut melihat bekas luka yang ada di kepala Sammang, yang sama persis dengan luka yang ada di kepala anaknya Sammang.

   Keesokan harinya Sammang pun bertanya kepada istrinya yang sedang duduk melamun, kamu kenapa? apa ada yang kurang dari semuah yang Aku berikan kepada mu atau kamu lagi ada masalah? Beri tahu Aku mungkin Aku bisa membantu mu. Mendengar perkataan Sammang, Wanita itu pun bertanya luka yang ada di kepala mu itu luka gara-gara apa? Samang pun menjawab ini luka ketika Aku masi kecil ketika itu Aku di pukul oleh Ibu ku. Samang pun bertanya kenapa apa ada yang salah dengan luka di kepala ku ini? Wanita itu pun menangis dan berkata; dulu Aku mempunyai seorang putra yang mempunyai luka sama persis dengan luka yang ada di kepala mu karena Aku pukul dan ketika itu usianya sepuluh tahun seumuran dengan kamu saat ini. Sammang pun terdiam sejenak, dan berkata; anak mu itu bernama siapa? Wanita itu pun menjawab; namanya Samang dan Aku ini adalah Ibu mu Bulang. Seakan tidak percaya Samang pun berkata andaikan kamu Ibu ku seharusnya kamu suda tua! Waniata itu pun menjawab Aku juga tidak tahu mengapa Tuhan tidak menuakan ku.

  Sammang pun berlari ke Gunung dan disana dia menagis terus-menerus seakan menyesali perbuatan yang telah di lakukannya, sambil berjalan terus menelusuri hutan dan akhirnya Sammang bertemu dengan seorang kakek tua yang sedang memasak Samang pun berhenti sejenak dan melanjutkan perjalanannya tanpa sepata kata pun kepada Kakek tua yang di temuinya, ketika dalam perjalanan Sammang pun dikejutkan dengan Kakek tua yang di temuinya tadi ternyata ada di hadapannya, Kakek itu pun bertanya kamu sedang mencari apa wahai anak muda, Sammang pun menjawab; Aku sedang mencari orang yang bisa memberikan Aku jaminan bahwasanya dosa yang telah Aku perbuat aka di ampuni Tuhan. Mendengar perkataan Sammang, Kakek itu pun bertanya dosa apa sekiranya yang telah kamu lakukan wahai anak muda, Sammang pun menceritakan dosa yang telah di perbuatnya bahwasanya dia telah menikahi Ibunya akan tetapi dia sendiri tidak mengetahuinya. Kakek itu pun menjawab; teruskanlah perjalanan mu itu hingga kamu menemukan sebuah balai-balai kecil di atas sana yang di tinggali oleh seorang Kakek. Sammang pun melanjutkan perjalanannya menuju tempat yang di surukan Kakek itu, setiba di sana Sammang pun kaget melihat Kakek yang ada di atas balai-balai itu yang ternyata dia tidak lain adalah Kakek yang di temuinya tadi. Sammang pun bertanya kembali apakah dosa ku akan di ampuni Tuhan, Kakek itu pun menjawab; sebesar apa pun dosa mu jika kamu dengan sungguh-sungguh bertobat maka dosa mu itu akan di ampuninya. Sammang pun, bertanya bagaimana caranya? Kakek itu pun memberitahukan Samang, sebut kalimat ini hingga Kamu tidak bernapas lagi, Sammang bertanya kalimat apakah itu? Kakek itu pun menjawab; kalimat “ LAILAHA ILLALLAH”.
Menurut Masyarakat Makassar, ketika itu Sammang berguruh kepada Syehk Yusuf, dan oleh karena itu pula asal mula adanya ajaran Halwatiah Sammang yang di ajarkan oleh Sammang setelah berguruh kepada Syehk Yusuf dan terkenal dengan Zikir yang di ajarkannya itu.
Cerita Rakyat
Asal Muasal Putri Duyung dan Lumba-lumba
Versi Makassar

    Pada Zaman dahulu kalah di tepi pantai Tope Jawa, tinggal sebuah keluarga miskin yang hidup serba kekurangan, mereka adalah Tutu dan Bauq serta Putrinya yang bernama Rannu. Ketika itu Taba pergi mencari ikan di laut dengan menggunakan jala, untuk dimakannya bersama anak dan istrinya, setelah lama mencari ikan akhirnya Taba pun, mendapat satu ekor ikan pari kecil, sungguh naas nasib Taba karena setelah lama mencari ikan namun, dia hanya mendapatkan satu ekor ikan pari kecil.

    Taba pun pulang kerumanya dengan membawa ikan pari kecil itu, setiba di rumah Taba pun memberikan ikan itu kepada istrinya untuk dimasak, karena tidak ada beras akhirnya taba pun memutuskan untuk mencari ubi kayu di kebun, karena tidak tahan lagi menahan rasa lapar akhirnya istri dan anaknya memutuskan untuk memakan ikan pari yang suda di masaknya itu, hingga tidak tersisakan.

     Setelah istri dan anaknya menghabiskan ikan pari itu akhirnya, Taba pun datang dengan membawa ubi kayu dan menyuruh istrinya untuk memasak ubi kayu itu, setelah ubi itu masak istri taba pun memanggil taba untuk makan, Taba pun kemeja makan dengan niat untuk makan dan memanggil putrinya untuk makan setelah mereka berkumpul di meja makan Taba pun menanyakan ikan yang dibawanya itu, istri nya pun terdiam karena ikan yang di tanyakan itu suda habis, Taba pun bertanya kembali; mana ikan yang Aku bawa tadi itu? Istrinya pun memberitahu Suaminya bahwasanya iakan yang di suruh masak itu telah habis di makan.
Mendengar penjelasan istrinya itu, akhirnya Taba pun marah dan pergi keluar rumanya, karena merasa bersalah akhirnya, istri Taba pun memutuskan untuk pergi mencari ikan di laut karena tidak mendapat kan ikan akhirnya dia pun menyelam kedalam laut dan akhirnya menjadi seekor ikan yang di beri nama Duyun. Karena dua hari tidak melihat istrinya akhirnya taba pun memutuskan untuk pergi mencari istrinya kedalam laut dan akhirnya merubah menjadi seekor yang di beri nama Lumba-lumba.

    Setelah beberapa hari tidak melihat Ayah dan Ibunya, Rannu pun memutuskan untuk pergi mencari Ayah dan Ibunya, ketika mencari Ayah dan Ibunya di tepi pantai akhirnya, Rannu pun melihat seekor ikan Ruyung di ambil dari kata dalam bahasa Makassar Ruyung yang berarti menyanyi karena Ikan yang datang ketika itu mengeluarkan suara yang datang dari sebelah barat laut yang datang menghampirinya sambil mencucurkan air mata ikan itu pun, berkata Aku ini Ibu mu nak dan pergi ke menuju laut. Setelah Ibunya pergi, Rannu pun melihat seekor ikan duyung yang di ambil dari kata dalam bahasa Makassar aqduyung-duyung yang berarti datang, dari sebeah timur yang datang menghampirinya sambil berkata Aku ini Ayah mu, dan pergi menuju laut bebas. Dan akhirnya Rannu pun, menangis sambil berkata; disebelah barat Aku melihat Ibu ku yang telah menjadi seekor ikan yang mengatakan dia Ibu ku dan pergi, begitu pun di sebelah timur, Aku melihat seekor ikan besar yag mengatakan dirinya Ayah ku dan juga pergi meninggalkan ku.

Selasa, 26 Oktober 2010

I Lapung Tau Tolo


  Pada zaman dahulu kalah, hiduplah seorang pemuda yang diberi nama, I Lapung Tau Tolo “ orang bodoh”. Sejak  menginjak dewasa, I Lapung Tau Tolo,  tidak lagi mau bermain dengan teman sebayanya, tidak lagi mau membantu orang Tua nya, entah apa yang sedang di pikirnya, sehingga Dia hanya berdiam diri di rumah.
  Pagi  itu, Ibu I Lapung tau Tolo, melihat anak semata wayangnya sedang bermain ayunan, karena tidak seperti biasanya. Ibu  I Lapung tau Tolo pun, bertanya, kamu kan sudah besar kenapa kamu main ayunan?  I Lapung tau Tolo pun, turun dari ayunan nya dan mengulang perkataan  Ibu nya itu, oh.. Aku suda besar dan pergi begitu saja. Ke esokan harinya, Ibu I Lapung tau Tolo mendapati I  Lapung tau Tolo, sedang loncat-loncat di atas tempat tidurnya. Melihat hal itu, Ibu I Lapung tau Tolo pun menceritakan tentang hal-hal yang tidak seperti biasanya dilakukan I Lapung tau Tolo, mendengar hal itu, Ayah I Lapung tau tolo pun, menjelaskan apa maksud dari anaknya itu.
            Bahwa sanya I Lapung tau tolo, ingin menikah, mendengar hal itu, Ibu I Lapung tau tolo pun, bingung. Bagaimana menikahkan anaknya itu  untuk menafkahi  dirinya sendiri saja tidak bisa, tak apalagi untuk menafkahi orang lain. Ayah I Lapung tau Tolo pun, memberi  usul kepada istrinya, bagaimana kalau kita memberi tahu anak kita, kalau dia ingin di nikahkan dia terlebih dulu harus menjual gentong untuk di jadikan uang pinangan. Mendengar hal itu, I Lapung tau tolo pun, dengan gembira mengiakan apa pinta Orang tuanya itu. Ke esokan harinya I Lapung tau tolo  pun, pergi menjual gentong dengan cara di pikul, dalam perjalanan I Lapung tau tolo, menghitung keuntungan yang akan dia dapatkan dari menjual gentog yang di bawanya itu, karena keasikan menghitung, I Lapung tau tolo pun, jatu terpeleset dan semuah gentong yang di bawanya itu pecah.
  Dengan sedih I Lapung tau tolo pun pulang dan menjelaskan kejadian yang di alaminya. Mendengar hal itu, Ibu dan  Ayah I Lapung tau tolo pun, menyurh anaknya itu untuk pergi mencari Kerbau kecil  untuk di peliharanya. I Lapung tau tolo pun, pergi  mencari kerbau yang di surukan itu, dalam perjalanan, I Lapung tau tolo mendengar anak kecil sedang bermain Kerbau-kerbauan bersama teman-temannya. I Lapung tau tolo pun singga dan bertanya kamu sedang main apa?  Anak kecil itu pun menjawab kami sedang bermain kerbau-kerbau an, kerbau yang di maksud anak itu, (adalah tikus yang sedang di aduh). Karena pada dasarnya orang bodoh, I Lapung tau tolo pun, meminta anak itu agar mau menjual kerbau-kerbau annya itu, dengan harga satu ekor kerbau kecil yang di suru kan orang tuanya. Anak kecil itu pun dengan gembira memberikan semuah kerbau-kerbau annya itu, kepada I Lapung tau tolo.
            Dengan gembira I Lapung tau tolo pun, pulang membawa kerbau nya itu dan menaronya di loteng rumah, ketika Ibu dan Ayah, I Lapung tau tolo pulang kerumah, Ibu dan Ayah I Lapung tau tolo pun, bertanya di mana kerbau kamu? I Lapung tau tolo pun menjawab ada kerbau Saya sedang makan, Ayah dan Ibu I Lapung pun, bertanya dimana? tu di atas loteng rumah. Mendengar perkataan anaknya itu, Ayah dan Ibu I Lapung tau tolo pun, heran mendengarnya dan memastikan kerbau yang dimaksud anaknya itu, Ibu I Lapung tau tolo pun naik keloteng  kaget melihat kerbau yang dimaksud anaknya itu, yang ternyata hanya delapan ekor tikus besar yang sedang memakan jagung.
            Karena tidak tega Ayah dan Ibu, I Lapung tau tolo pun menikahkan anaknya itu dengan seorang wanita bisu yang tidak jauh dari rumah tempat dimana I Lapung tau tolo tinggal. Siang harinya I Lapung tau tolo menikah, malam harinya Istri I Lapung tauu tolo pun meninggal, sunggu naas hidup seorang I Lapung tau tolo, karena tidak menerima Istrinya meninggal I Lapung tau tolo meninggal, dia pun menyimpan jasad Istrinya  di atas loteng  rumah nya. Ke esokan harinya Ibu dan Ayah I Lapung tau tolo bertanya di mana Istri mu, I Lapung tau tolo pun menjawab di masi tidur. Ke esokan harinya lagi Orang tuah I Lapung tau tolo pun, bertanya dimana Istri mu, jawaban I Lapung tau tolo pun, masi sama seperti ketika di tanya pada hari sebelumnya. Pada malam harinya Ibu I Lapung tau tolo pun mencium bau tidak sedap dari atas loteng rumah nya dan bertanya kepada I Lapung tau tolo apakah yang kamu simpan di atas Loteng rumah. Karena penasaran Ibu I Lapung tau tolo pun, naik keatas loteng untuk memastikannya, Ibu I Lapung tau tolo kaget ketika  mendapati menantunya telah terbujur kaku. Ibu dan Ayah I Lapung tau tolo pun, memutuskan untuk mengubur mayat menantunya pada malam itu juga.
             Ke esokan harinya I Lapung tau tolo pun, mencium bau tidak sedap yang berasal dari kedua orang tuanya yang sedang kentut. I Lapung tau tolo pun, mengubur kedua orang tuanya karena bauh, sama halnya dengan istrin I Lapung tau tolo yang di kubur karena bauh yang di cium oleh kedua orang tuanya. Setelah mengubur kedua orang tuanya, I Lapung tau tolo pun, kentut dan memutuskan untuk mengubur dirinya sendiri.
 

Senin, 25 Oktober 2010

Sekilas tentang Cerita Rakyat

 Cerita Rakyat tidak selamanya Dusta. Ia tidak selamanya berfungsi hiburan, sebagaimana orang banyak mengenalnya. Meski, kisah-kisahnya kadang kala tidak masuk akal tapi, ia sesungguhnya membawa tamsil dalam seluruh aspek kehidupan manusia.
 Amat banyak yang dapat kita pelajari dari sana. Dan tokoh-tokohnya,bukan hanya sebuah pelengkap dari bingkai cerita yang di turunkan secara lisan. Mereka memang,tokoh-tokoh fantastis. Karena asalnya tidak dari fakta historis. Mereka adalah figur-figur karir dalam cerita fiksi masa lalu, yang kehadirannya membawa misi sesungguhnya.